Tuesday, May 21, 2013

INILAH PENYEBAB AMBRUKNYA TROWONGAN FREEPORT DI TIMIKA

Reaksi Kimia Air Hujan dan Batuan, Penyebab Runtuhnya Terowongan Freeport?

Penulis : Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono | Rabu, 22 Mei 2013 | 07:08 WIB
AP Photo/ PT Freeport Indonesia Foto yang diambil dan dipublikasikan PT Freeport Indonesia, Jumat (17/5), memperlihatkan tim penyelamat berusaha menjangkau tambang bawah tanah yang runtuh untuk menyelamatkan pekerja yang masih terjebak. Sebanyak 22 pekerja masih terjebak di tambang yang runtuh, Minggu (19/5/2013).
TIMIKA, KOMPAS.com - Tim ahli geologi PT Freeport Indonesia (PTFI) menampik kegiatan penambangan aktif dengan serangkaian peledakan (blusting) dan pengeboran (drilling) batuan menjadi penyebab runtuhnya atap terowongan Big Gossan. Runtuhnya atap terowongan, Selasa (14/5/2013), mengakibatkan 28 orang tewas dan 10 orang lain terluka. Air hujan yang bereaksi dengan batuan gamping dan termineralisasi, disebut sebagai dugaan awal penyebab runtuhnya terowongan ini.
Vice Presiden (VP) Geo Services PTFI, Wahyu Sunyoto mengatakan lokasi runtuhan berada di luar pengaruh kegiatan operasional pertambangan aktif. Jarak dari pusat penambangan Big Gossan sekitar 500 meter, sementara untuk tambang Deep Ore Zone (DOZ) berjarak sekitar 1.700 meter, dan untuk tambang terbuka Grasberg (Grasberg open pit) berjarak sekitar 2.700 meter. "Jadi cukup jauh dari daerah kegiatan aktif penambangan kita," jelasnya.
Selain itu, imbuh Wahyu, data microseismic system tidak menunjukkan gejala awal terjadinya tuntuhan itu. Microseismic system adalah sistem yang memantau getaran, terpasang di setiap lokasi tambang. "Bahkan getaran gempa 7,2 Skala Richter yang berpusat di timur laut Kabupaten Tolikara beberapa waktu lalu, tidak berpengaruh terhadap fasilitas tambang bawah tanah kami," urai Wahyu.
Analisa sementara
Analisa sementara dari para ahli geologi PTFI, penyebab runtuhnya atap terowongan Big Gossan adalah akibat menurunnya daya dukung atau kohesivitas batuan. Penurunan kohesivitas diduga disebabkan oleh pelapukan kimiawi akibat air hujan dan udara yang meresap melalui struktur rekahan alami.
Wahyu mengatakan air hujan pada dasarnya bersifat mendekati asam, dengan indikator pH sekitar 5. Dengan tingkat keasaman tersebut, menurut dia air hujan akan mudah bereaksi dengan batuan gamping yang banyak ada di papua, termasuk di lokasi tambang. Air hujan juga gampang bereaksi dengan zona termineralisasi seperti sulfida tembaga dan sebagainya. Kedua kemungkinan itu memungkinkan terjadinya reaksi kimia yang berujung pelapukan batuan.
 "Pelapukan kimiawi secara alami pada rekahan batuan di atas atap terowongan akibat rembesan air hujan dan udara yang terus menerus mengakibatkan kekuatan batuan menjadi sangat lemah. Kenapa bisa jatuh dalam hitungan detik atau menit, karena ada rekahan yang berbentuk baji yang bentuknya melebar di bawah, dan karena daya dukung rekahan sudah sangat rendah sehingga batuan runtuh, memenuhi menutup seisi ruangan kelas,"jelas Wahyu di Guess House Senin (20/5/2013).
Meski sudah ada analisa awal dari para geolog PTFI, namun Presiden Direktur PTFI Rozik B Soetjipto mengatakan tetap akan melakukan investigasi internal yang menyeluruh serta memberikan kesempatan kepada investigator dari Kementerian ESDM. Rozik juga berencana mendatangkan investigator independen untuk memastikan penyebab insiden runtuhnya atap terowongan Big Gossan yang menelan puluhan korban jiwa.

No comments:

Post a Comment